Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts Today

Hujan dan Angin Tumbangkan Pohon di 7 Tempat di Jakarta

Written By bos blog on Rabu, 30 Oktober 2013 | 00.36





JAKARTA, KOMPAS.com — Hujan lebat disertai angin di wilayah Jakarta, Selasa (29/10/2013) siang hingga petang tadi, menumbangkan pohon di sejumlah lokasi. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI mengatakan, akibat tumbangnya pohon itu, beberapa ruas jalan mengalami kemacetan lalu lintas.


"Ada tujuh lokasi pohon tumbang," kata Kukuh kepada wartawan di Balaikota Jakarta, Selasa (29/10/2013) malam.


Berdasarkan data yang diperoleh dari BPBD DKI Jakarta, tujuh lokasi pohon tumbang berada di Jakarta Selatan. Lokasi tersebut meliputi Jalan TB Simatupang depan Garda Oto, Jalan Raya Pasar Jumat depan Sekolah Polisi Wanita, Jalan Raya Rawa Bambu Pasar Minggu, Jalan Raya Pesanggrahan, Jalan Raya Duren Tiga depan Hotel Kaisar, Jalan Raya Lebak Bulus depan Rumah Sakit Mayapada, dan Jalan Raya Ampera Prapatan.


"Stasiun Jatinegara arah Buaran, lalu lintas tersendat karena ada pohon tumbang menghalangi jalur transjakarta," kata Kukuh.


Kukuh mengatakan telah mengimbau seluruh wali kota, camat, dan lurah serta seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) DKI untuk mengaktifkan posko masing-masing wilayah. Hal itu untuk mengantisipasi datangnya musim hujan pada Oktober-November ini. Musim hujan di Jakarta diperkirakan mencapai puncak pada Januari-Februari 2014.


Pemprov DKI Jakarta juga telah menyiapkan kontingensi penanggulangan banjir yang tersebar di 56 kelurahan rawan banjir di Ibu Kota. Dengan kontingensi tersebut, penanganan banjir bisa dilakukan lebih cepat, termasuk dalam pendistribusian bantuan dan evakuasi warga.


Kukuh mengatakan, jumlah wilayah yang terendam banjir pada tahun 2012 tercatat sebanyak 124 kelurahan. Tahun ini BPBD DKI baru membentuk kontingensi di 56 kelurahan yang rawan banjir. "Kontingensi artinya kalau terjadi banjir warga melakukan apa. Kalau evakuasi apa yang dilakukan, akan diatur jalur evakuasinya," ujar Kukuh.





Editor : Laksono Hari Wiwoho
















00.36 | 0 komentar | Read More

Rio Haryanto Ingin Ganti Tim di Musim 2014





 


JAKARTA, Kompas.com - Buruknya dukungan teknik dari tim Addax sepanjang musim 201 membuat pebalap Indonesia Rio Haryanto berniat  pindah tim untuk musim 2014. 

Rio segera menjalani tes di beberapa  tim  untuk menentukan langkah selanjutnya di musim depan. "Rio akan tes dengan tim Racing Engineering dan tim Caterham pada 5-7 November mendatang, usai GP2 seri Abu Dhabi. Setelah itu, Rio juga akan menjalani tes pada Januari atau Februari 2014 dengan  satu tim lagi. Setelah tes dengan tiga tim, kami akan menentukan tim yang paling cocok bagi Rio," kata Indah Pennywati, ibunda Rio, Selasa (29/10) di Jakarta.

Di musim ini, tim Caterham mampu membawa Fabio Leimer memuncaki klasemen sementara  dan Julian Leal di posisi ke-12. Sementara itu, tim Caterham membawa Alexander Rossi  menempati posisi kesebelas.

Saat ini, Rio berada di posisi ke-18 klasemen sementara. Rio sangat jarang meraih poin di musim ini karena performa mobilnya tidak optimal. Buruknya performa mobil itu terlihat sejak sesi latihan, kualifikasi, sampai saat  lomba berlangsung.

Sinyo Haryanto, ayah Rio, mengatakan, tim Addax tidak memiliki mekanik andal yang mampu menyusun setelan terbaik bagi Rio.

Sejak keluarnya pelatih andalan di tim itu, manajemen Addax belum merekrut mekanik andalan yang baru.  Hal itu yang mendorong manajemen Rio untuk memindahkan pebalap asal Kota Solo itu ke tim lain.

Apalagi, musim 2014 adalah musim penentuan bagi Rio. Pebalap yang disponsori Pertamina itu harus tampil cemerlang di musim depan jika ingin naik kelas ke ajang F1. (ECA)





Editor : Tjahjo Sasongko















00.29 | 0 komentar | Read More

Eks Sespri Djoko Bantah Terima Rp 2 Miliar dari Sukotjo






JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Sekretaris Pribadi (Sespri) Inspektur Jenderal Djoko Susilo, Tri Hudi Ernawati, kembali membantah menerima kardus berisi uang Rp 2 miliar dari Direktur PT Inovasi Teknologi Indonesia Sukotjo S Bambang. Hal itu dikatakan Erna ketika bersaksi untuk terdakwa Budi Susanto dalam sidang kasus dugaan korupsi pengadaan simulator SIM di Korps Lalu Lintas Polri.

"Saya tidak pernah terima Rp 2 miliar dari Sukotjo," kata Erna di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Selasa (29/10/2013).

Kesaksian Erna di persidangan berbeda dengan keterangan yang tertuang dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Sama seperti saat sidang Djoko, Erna saat itu mengaku ditekan oleh penyidik KPK. Ketua Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Amin Ismanto pun mengingatkan bahwa Erna sudah disumpah.

"Keterangan saksi berbeda dengan BAP. Yang dilingkari cuma poin dua ini. Saudara kan sudah disumpah," kata Hakim Amin.

Dalam sidang sebelumnya, Sukotjo mengaku pernah mengantar uang Rp 2 miliar untuk Inspektur Jenderal Djoko Susilo yang saat itu menjabat sebagai Kepala Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri. Uang dalam kardus itu diterima salah satu sekretaris pribadi Djoko yaitu Tri Hudi Ernawati.

Saat itu Djoko sedang tidak berada di Kantor Korlantas. Menurut Sukotjo, saat itu Erna meminta agar kardus uang diletakkan di bawah meja. Kemudian Erna mengatakan bahwa kardus itu telah ditunggu-tunggu oleh Djoko.

"Katanya (Erna), taruh saja di bawah meja. Ini sudah ditunggu-tunggu oleh Kakor (Djoko)," kata Sukotjo.

Sukotjo mengatakan awalnya Budi meminta dirinya menyiapkan uang Rp 4 miliar. Uang tersebut kemudian diletakkan dalam dua kardus, masing-masing Rp 2 miliar. Sebanyak Rp 2 miliar sebelumnya telah diserahkan langsung pada Budi. Budi adalah Direktur PT Citra Mandiri Metalindo Abadi (CMMA), perusahaan yang memenangkan proyek pengadaan alat driving simulator SIM di Korlantas Polri. Sementara Sukotjo sebagai Direktur PT ITI sebagai perusahaan rekanan yang diminta Budi mengerjakan proyek.

Budi didakwa telah memperkaya diri sendiri sebesar Rp 88,4 miliar. Dia juga dianggap telah memperkaya orang lain yaitu Djoko Susilo sebesar Rp 36,9 miliar, Wakakorlantas Brigjen (Pol) Didik Purnomo sebesar Rp 50 juta, dan Sukotjo S Bambang sebesar Rp 3,9 miliar.

Kemudian telah memperkaya Primkoppol Polri senilai Rp 15 miliar. Perbuatannya disebut telah merugikan keuangan negara sebesar Rp 144,984 miliar atau Rp 121,830. Miliar dalam perhitungan kerugian negara oleh ahli dari BPK RI.




Editor : Hindra Liauw
















00.05 | 0 komentar | Read More
techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger