Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts Today

Soal Izin, Penyelenggara Monas Fair \"Manut\" Pemprov

Written By bos blog on Rabu, 17 Juli 2013 | 00.36






JAKARTA, KOMPAS.com
 — Izin penyelenggaraan Monas Fair yang hanya sampai 24 Juli 2013, sementara acara berlangsung hingga 4 Agustus 2013, menjadi sorotan Pemprov DKI. Pihak penyelenggara pun berjanji mematuhi apa yang diminta oleh Pemprov.

"Kami selaku panitia pelaksana akan mengikuti petunjuk dan kehendak Pemda DKI," kata Ketua Panitia Monas Fair M Haikal Sastrajumena saat dihubungi Kompas.com, Selasa (16/7/2013).

"Bila suasana kondusif dan animo masyarakat serta tenant menginginkan perpanjangan event ini, maka kami akan mengajukannya ke dinas yang terkait," tambah dia.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta Widyo Dwiyono mengungkapkan pihaknya hanya bisa memberi izin selama 10 hari.

"Waktu penyelenggaraan (Monas Fair) itu dapat diselenggarakan selama jangka waktu 10 hari. Itu dasarnya sesuai perarturan tentang penyelenggaraan kegiatan di taman,” ujarnya.

Sementara Kepala Biro Kepala Daerah dan Kerja Sama Luar Negeri Heru Budi Hartono mengatakan, pihak penyelenggara, PT Nusantara Andika, harus mengajukan permohonan izin kembali untuk menyelenggarakan acara tersebut hingga satu bulan mendatang. Apabila tidak mengajukan izin, kata dia, akan ada sanksi yang dikenakan kepada pihak penyelenggara.

Sanksi itu datang dari Dinas Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan (UMKMP) DKI dan UPT Taman Monas yang berada di bawah naungan Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI.





Editor : Ana Shofiana Syatiri
















00.36 | 0 komentar | Read More

Pengurus Korup, Atlet Boikot






KABUL, Kompas.com - Atlet Afghanistan peraih medali Olimpiade cabang taekwondo, Rohullah Nikpai mengatakan tidak akan mengikuti kejuaraan tingkat internasional selama masih terjadi diskriminasi dan mismanajemen pada organisasi olah raga negerinya.

Nikpai. 26, mengatakan tidak akan mengikuti kejuaraan WTF di Ouebla, Meksiko, pekan ini.  Ini dilakukannya sebagai bentuk protes terhadap kondisi di federasi taekwondo Afghanistan (ATF).

"Di sana terjadi diskrimnasi dan salah urus. Sekelompok orang mengambil alih ATF dan melakukan apa pun yang mkereka mau tanpa memperhatikan kepentingan atlet," kata Nikpai.

"Kondisi ini jelas berpengaruh pada kemampuan fisik dan psikologis kami. Saya memastikan tidak akan lagi mewakili Afghanistan dalam pertanindgan tingkat internasional, sampai ada perubahan."

Nikpai merupakan peraih medali di Olimpiade 2008 dan 2012. Ia juga dianggap sebagai atlet yang prestasinya mapmu mengatasai perbedaan aliran politik mau pun ragam etnis di Afghanistan.

Pihak ATF sendiri menolak tuduhan Nikpai dan menyebut atlet tersebut memang bulan lalu sduah menyatakan tidkia akan ikut ke Meksiko karena cedera lutut.

Namun hal ini juga dibantah Nikpai. Ia menyebut cedera lutut yang dialaminya merupkan cedera lama dan tidak menganggunya saat ia meraih medali perunggu di Olimpiade 2008 dan 2012.




Editor : Tjahjo Sasongko















00.31 | 0 komentar | Read More

Eko Patrio Tak Gengsi Jadi Pelayan di Warungnya


Jakarta - Guna memberikan servis maksimal kepada para pelanggan, pelawak yang kini menjadi anggota DPR RI, Eko Patrio, mengaku rela untuk melayani langsung para penggila kuliner di Warung Ekomando miliknya.


"Di sini, meski Warung Ekomando saya dan istrinya saya (Viona Rosalinda-RED) yang punya, kami tetap melayani langsung pengunjung yang datang lho," kata Eko saat acara syukuran satu tahun berdirinya Warung Ekomando yang berlokasi di Jalan Saharjo, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (16/7).


"Alhamdulillah sudah setahun ini warung Ekomando berdiri. Saya berbisnis kuliner ini karena kecintaan saya terhadap dunia kuliner. Kebetulan sekali saya ini hobi masak. Makanya setahun yang lalu saya punya ide untuk membuka rumah makan ini sebagai wadah pembelajaran buat saya memasak dan Viona dalam berbisnis," ungkap Eko.


Selain belajar berbisnis, lanjut Eko, Warung Ekomando juga hadir untuk membantu orang mendapatkan pekerjaan. "Secara tidak langsung bisnis ini membutuhkan karyawan. Ini pekerjaan padat karya, usaha yang juga memperkerjakan orang lain," kata pria kelahiran Nganjuk, Jawa Timur itu.


Saat ini, ungkap pria 42 tahun itu, bisnis kulinernya tersebut telah mendapatkan peningkatan dari segi omzet. "Meski belum untung, tapi setiap bulan omzet kami terus meningkat," kata pria pemilik nama lengkap Eko Hendro Purnomo itu.


00.15 | 0 komentar | Read More

Irjen Djoko Susilo Jual Keris Rp 6,4 Miliar





JAKARTA, KOMPAS.com — Selain hobi mengoleksi barang pusaka berupa keris, mantan Kepala Korps Lalu Lintas Kepolisian RI Inspektur Jenderal Polisi Djoko Susilo juga berbisnis keris.

Hal ini diungkapkan kolektor keris, Indrajaya Februardi, saat bersaksi dalam persidangan kasus dugaan korupsi dan pencucian uang proyek simulator ujian surat izin mengemudi (SIM) dengan terdakwa Djoko Susilo di Pengadilan Tindak Pidana Korupi Jakarta, Selasa (16/7/2013).

Indrajaya yang mengaku kenal Djoko sejak 1998 itu kerap menjadi perantara penjualan keris Djoko. Dia mengaku pernah menjual keris Djoko kepada orang asing dengan harga cukup tinggi, yakni sekitar 680.000 euro dengan kurs sekitar Rp 9.500 atau setara Rp 6,4 miliar.

“Tahun 1999 kebetulan ada temannya teman saya dari Jerman. Dia kolektor pusoko (pusaka), kebetulan yang dicari itu ada pada beliau (Djoko Susilo). Namanya Andreas Gudsman, tahun 1999 ada transaksi antara mereka, dan saya sebagai perantaranya,” tutur Indrajaya.

Dari jasanya menjualkan keris tersebut, Indrajaya mengaku dapat untung cukup besar. “Fee-nya saja saya bisa beli mobil waktu itu,” ucap Indra.

Namun, saat ditanya majelis hakim apakah keris itu dapat dibawa ke persidangan, Indra tidak menyanggupinya. Selain menjual keris, Indra mengungkapkan bahwa Djoko juga pernah membeli 16 keris darinya senilai total Rp 1,7 miliar. Keris-keris itu dibeli Djoko dari Indra sekitar 2004.

Menurut Indrajaya, Djoko membayar keris tersebut dengan memberikan rumahnya di Pesona Khayangan, Depok, Jawa Barat. Rumah tersebut harganya sekitar Rp 1,6 miliar. “Beliau memberikan rumah digantikan keris,” tutur Indrajaya.

Kepada majelis hakim, Indra mengaku kenal Djoko sejak 1998, atau sejak dia aktif di Kodam V Brawijaya. Dia mengaku pertama kali bertemu Djoko saat berkunjung ke rumah Kepala Polri ketika itu, Jenderal (Purn) Roesmanhadi.

“Saya sowan ke rumah Pak Rusman di kediaman Kapolri. Keluar dari sana, ketemu beliau, dikenalkan,” tuturnya. Kemudian, hubungan Indra dengan Djoko berlanjut dan keduanya terlibat bisnis jual beli keris.

Indra juga mengatakan, Djoko memiliki koleksi keris yang jumlahnya lebih dari 200. Keris-keris tersebut, menurut Indra, dititipkan kepadanya dan dicuci setiap 1 Suro. Sekitar 200 lebih keris Djoko ini, menurut Indra, mulanya akan disita penyidik KPK. Namun, penyidik KPK tidak jadi menyitanya setelah Indra mengatakan tidak akan bertanggung jawab jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan mengingat keris-keris itu disebutnya sebagai benda pusaka.

“Saya bilang ke penyidik silakan saja kalau mau menyita. Tapi saya enggak ikut-ikutan. Tapi akhirnya enggak jadi diambil,” kata Indra.

Menanggapi kesaksian Indrajaya ini, Djoko mengakui pernah menukar rumahnya dengan keris. “Memang benar 16 keris itu harganya Rp 1,7 miliar dengan kompensasi rumah,” ujar Djoko.

Seperti diketahui, selain didakwa melakukan tindak pidana korupsi, Djoko didakwa melakukan tindak pidana pencucian uang dengan menyamarkan hartanya yang diduga berasal dari tindak pidana korupsi. Harta kekayaan Djoko dianggap tidak sesuai dengan profilnya sebagai Kepala Korps Lalu Lintas Kepolisian RI.




Editor : Hindra Liauw


















00.05 | 0 komentar | Read More
techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger